NAMA :
FRENDI GUSTI SETIAJI
KELAS : XII TOI
NO. ABSEN : 11
SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG
2016/2017
1.
Pengertian dan fungsi dasar system Plan
Programmable Logic Controllers (PLC)
adalah komputer elektronik yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki
fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka
ragam.Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982)
adalah :sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk
pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang
dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang
mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan,
pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui
modul-modul I/O dijital maupun analog.
Berdasarkan namanya konsep PLC
adalah sebagai berikut :
1.
Programmable, menunjukkan kemampuan
dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah
diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2.
Logic, menunjukkan kemampuan dalam
memproses input secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi
membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR,
dan lain sebagainya.
3.
Controller, menunjukkan kemampuan dalam
mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu
rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat
diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang
tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC
ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan
bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan
jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.Alat ini bekerja berdasarkan
input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang
kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1
menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan
yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian
sistem yang memiliki output banyak.
Fungsi PLC
Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam
prakteknya PLC dapat dibagi secara umum dan secara khusus . Secara umum
fungsi PLC adalah sebagai berikut:
1.
Sekuensial Control. PLC memproses input
sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik
secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step atau langkah
dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2.
Monitoring Plant. PLC secara terus
menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat
ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses
yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan
tersebut pada operator.
Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah
dapat memberikan input ke CNC (Computerized Numerical Control). Beberapa PLC
dapat memberikan input ke CNC untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC
bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih
mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda
kerja, moulding dan sebagainya.
Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima
sinyal masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi
logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan
dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator
atau peralatan lainnya.
1.
Elemen Dasar PLC
Bagian-Bagian PLC :Sistem PLC
terdiri dari lima bagian pokok, yaitu:
1.
Central processing unit (CPU).Bagian
ini merupakan otak atau jantung PLC, karena bagian ini merupakan bagian yang
melakukan operasi / pemrosesan program yang tersimpan dalam PLC. Disamping itu
CPU juga melakukan pengawasan atas semua operasional kerja PLC, transfer
informasi melalui internal bus antara PLC, memory dan unit I/O.
Bagian CPU ini antara lain adalah :
Bagian CPU ini antara lain adalah :
A.
Power Supply, power supply mengubah suplai
masukan listrik menjadi suplai listrik yang sesuai dengan CPU dan seluruh
komputer.
1.
Alterable Memory, terdiri dari banyak
bagian, intinya bagian ini berupa chip yang isinya di letakkan pada chip RAM
(Random Access Memory), tetapi isinya dapat diubah dan dihapus oleh
pengguna / pemrogram. Bila tidak ada supplai listrik ke CPU maka isinya akan
hilang, oleh sebab itu bagian ini disebut bersifat volatile, tetapi
ada juga bagian yang tidak bersifat
1.
Fixed Memory, berisi program yang sudah
diset oleh pembuat PLC, dibuat dalam bentuk chip khusus yang dinamakan ROM
(Read Only Memory), dan tidak dapat diubah atau dihapus selama operasi CPU,
karena itu bagian ini sering dinamakan memori non-volatileyang tidak akan
terhapus isinya walaupun tidak ada listrik yang masuk ke dalam CPU. Selain itu
dapat juga ditambahkan modul EEPROM atau Electrically Erasable
Programmable Read Only Memory yang ditujukan untuk back
up program utama RAM prosesor sehingga prosesor dapat diprogram untuk
meload program EEPROM ke RAM jika program di RAM hilang atau rusak
Processor, adalah bagian yang mengontrol
supaya informasi tetap jalan dari bagian yang satu ke bagian yang
lain, bagian ini berisi
rangkaian clock, sehingga masing-masing
transfer informasi ke tempat lain tepat sampai pada waktunya
Battery Backup, umumnya CPU memiliki bagian ini.
Bagian ini berfungsi menjaga agar tidak ada kehilangan program yang telah
dimasukkan ke dalam RAM PLC jika catu daya ke PLC tiba-tiba terputus.
2.
Programmer / monitor (PM).Pemrograman
dilakukan melalui keyboard sehingga alat ini dinamakan Dengan
adanyaMonitor maka dapat dilihat apa yang diketik atau proses yang sedang
dijalankan oleh PLC. Bentuk PM ini ada yang besar seperti PC, ada juga yang
berukuran kecil yaitu hand-eld programmer dengan jendela tampilan yang kecil,
dan ada juga yang berbentuk laptop. PM dihubungkan dengan CPU melalui kabel.
Setelah CPU selesai diprogram maka PM tidak dipergunakan lagi untuk operasi
proses PLC, sehingga bagian ini hanya dibutuhkan satu buah untuk banyak CPU.
Modul input / output (I/O).Input merupakan
bagian yang menerima sinyal elektrik dari sensor atau komponen lain dan sinyal
itu dialirkan ke PLC untuk diproses. Ada banyak jenis
modul input yang dapat dipilih dan jenisnya tergantung
dari input yang akan digunakan. Jika input adalah limit
switches dan pushbutton dapat dipilih kartu input DC.
Modul input analog adalah kartu input khusus yang
menggunakan ADC (Analog to Digital Conversion) dimana kartu ini digunakan
untuk input yang berupa variable seperti temperatur, kecepatan,
tekanan dan posisi. Pada umumnya ada 8-32 input point setiap
modul inputnya. Setiap point akan ditandai sebagai alamat yang unik oleh
prosesor.Output adalah bagian PLC yang menyalurkan sinyal elektrik hasil
pemrosesan PLC ke peralatan output. Besaran informasi / sinyal elektrik itu
dinyatakan dengan tegangan listrik antara 5 – 15 volt DC dengan informasi
diluar sistem tegangan yang
1.
bervariasi antara 24 – 240 volt DC mapun AC.
Kartu output biasanya mempunyai 6-32 output point dalam
sebuah single module. Kartu output analog adalah tipe khusus dari
modul outputyang menggunakan DAC (Digital to Analog Conversion).
Modul output analog dapat mengambil nilai dalam 12 bit dan
mengubahnya ke dalam signal analog. Biasanya signal ini 0-10 volts DC atau 4-20
mA. Signal Analog biasanya digunakan pada peralatan seperti motor yang
mengoperasikan katup dan pneumatic position control devices.Bila
dibutuhkan, suatu sistem elektronik dapat ditambahkan untuk menghubungkan modul
ini ke tempat yang jauh. Proses operasi sebenarnya di bawah kendali PLC mungkin
saja jaraknya jauh, dapat saja ribuan meter.
PLC memiliki peralatan input dan output serta
peralatan penunjang yaitu
1.
Peralatan Input
A.
Peralatan input adalah yang memberikan sinyal
kepada PLC dan selanjutnya PLC memproses sinyal tersebut untuk mengendalikan
peralatan output.Peralatan input itu antara lain:
i.
Berbagai jenis saklar, misalnya tombol,
saklar togel, saklar batas, saklar level, saklar tekan, saklar
proximity.
ii.
Berbagai jenis sensor, misalnya sensor
cahaya, sensor suhu, sensor level.
iii.
Rotary encoder
B.
Peralatan Output
i.
Sistem otomasi tidak lengkap tanpa ada
peralatan output yang dikendalikan Peralatan output itu misalnya:
a.
Kontaktor
b.
Motor listrik
c.
Lampu
d.
Buzer
ii.
Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang adalah peralatan yang
digunakan dalam sistem kendali PLC, tetapi bukan merupakan bagian dari sistem
secara nyata. Maksudnya,peralatan ini digunakan untuk
1.
keperluan tertentu yang tidak berkaitan
dengan aktifitas pegendalian. Peralatan penunjang itu, antara lain :
A.
berbagai jenis alat pemrogram, yaitu
komputer, software ladder, konsol pemprogram,programmableterminal, dan
sebagainya.
B.
Berbagai software ladder, yaitu: SSS,
LSS, Syswin, dan CX Programmer.
C.
Berbagai jenis memori luar, yaitu: disket, CD
, flash disk.
D.
Berbagai alat pencetak dalam sistem komputer,
misalnya printer, plotter
2.
Printer. Alat ini memungkinkan program
pada CPU dapat di printout atau dicetak. Informasi yang mungkin dicetak adalah
diagram ladder, status register, status dan daftar dari kondisi-kondisi yang
sedang dijalankan, timing diagram dari kontak, timing diagram dari register,
dan lain-lain.
3.
The Program Recorder / Player.Alat
ini digunakan untuk menyimpan program dalam CPU. Pada PLC yang lama
digunakan tape, sistem floopy disk. Sekarang ini PLC semakin
berkembang dengan adanya hard disk yang digunakan untuk pemrograman dan
perekaman. Program yang telah direkam ini nantinya akan direkam kembali ke
dalam CPU apabila program aslinya hilang atau mengalami kesalahan.
Untuk operasi yang besar, kemungkinan lain
adalah menghubungkan CPU dengan komputer utama (master computer) yang biasanya
digunakan pada pabrik besar atau proses yang mengkoodinasi banyak Sistem PLC .
Pada masa kini PLC dibagi menjadi beberapa
tipe yang dibedakan berdasarkan ukuran dan kemampuannya. Dan PLC dapat dibagi
menjadi jenis-jenis berikut:
1.
Tipe compact
Ciri – ciri PLC jenis ini ialah :
§
Seluruh komponen (power supply, CPU, modul
input – output, modul komunikasi) menjadi satuUmumnya berukuran kecil (compact)
§
Mempunyai jumlah input/output relatif sedikit
dan tidak dapat diexpand
§
Tidak dapat ditambah modul – modul khusus
Berikut ini contoh PLC compact dari Allen Bradley
2.
Tipe modular
Ciri – ciri PLC jenis ini ialah :
§
Komponen – komponennya terpisah ke dalam
modul – modul Berukuran besar
§
Memungkinkan untuk ekspansi jumlah
input /output (sehingga jumlah lebih banyak)
§
Memungkinkan penambahan modul – modul khusus
Berikut ini contoh PLC
modular dari Omron.
Sistem PLC (Progammable Logic
Controller)
Sistem PLC memiliki tiga komponen utama yaitu
unit prosesor, bagian masukan/keluaran, dan perangkat
pemrograman. Fungsi kerja dari ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 1. Diagram kerja tiga komponen utama
sistem PLC
1.
Unit Prosesor
Prosesor adalah bagian pemroses dari sistem
PLC yang akan membuat keputusan logika. Keputusan yang telah dibuat berdasarkan
pada program yang telah disimpankan pada memori. Prosesor adalah bagian
dari Central Processing Unit(CPU) dari PLC yang akan menerima,
menganalisa, memproses dan memberikan informasi ke modul keluaran. Di
dalam CPU PLC dapat dibayangkan seperti kumpulan dari ribuan relai. Hal
tersebut bukan berarti di dalamnya terdapat banyak relai dalam ukuran
yang sangat kecil tetapi berisi rangkaian elektronika digital yang dapat
difungsikan sebagai kontak NO dan NC relai.
Memori berfungsi sebagai tempat di mana
informasi tersebut disimpan. Ada bermacam-macam jenis serpih memori dalam
bentuk Integrated Circuits (IC). Salah satu jenis memori yang
digunakan dalam CPU PLC adalah Random Access Memory(RAM). Satu kerugian
dari jenis memori tersebut adalah diperlukannya catu daya untuk menjaga agar
memori tetap bekerja. Pada aplikasi PLC diperlukan catu daya cadangan yang
digunakan untuk menjaga agar isi dari memori tidak hilang apabila tiba-tiba
catu daya hilang.
Read Only Memory (ROM) adalah jenis
memori yang semi permanent dan tidak dapat diubah dengan pengubah program.
Memori tersebut hanya digunakan untuk membaca saja dan jenis memori tersebut
tidak memerlukan catu daya cadangan karena isi memori tidak hilang meskipun
catu daya terputus.
Programmable Read Only Memory (PROM)
adalah jenis lain dari memori yang bekerja hampir menyerupai ROM, dengan satu
pengecualian yaitu bisa diprogram. PROM dirancang untuk diisi dengan program
yang terprogram. Apabila data dapat diubah, maka dapat diadakan pemrograman.
Pemrograman ulang dari PROM, membutuhkan perlengkapan khusus yaitu PROM
Programmer di mana PLC sendiri tidak dapat melakukannya.
1.
Perangkat dan Modul Masukan
Perangkat masukan merupakan perangkat keras
yang dapat digunakan untuk memberikan sinyal kepada modul masukan. Sistem PLC
dapat memiliki jumlah perangkat masukan sesuai dengan sistem yang diinginkan.
Fungsi dari perangkat masukan untuk memberikan perintah khusus sesuai dengan
kinerja perangkat masukan yang digunakan, misalnya menjalankan atau
menghentikan motor. Dalam hal tersebut seperti misalnya, perangkat masukan yang
digunakan adalah push button yang bekerja secara Normally
Open (NO) ataupun Normally Close (NC). Ada bermacam-macam
perangkat masukan yang dapat digunakan dalam pembentukan suatu sistem kendali
seperti misalnya : selector switches, foot switches, flow switches,
sensors dan lain-lain. Gambar 2 memperlihatkan simbol-simbol
perangkat masukan yang sering digunakan pada sistem kendali.
1.
Perangkat dan Modul Keluaran
Perangkat keluaran adalah komponen-komponen
yang memerlukan sinyal untuk mengaktifkan komponen tersebut. Pada sistem PLC
dapat mempunyai beberapa perangkat keluaran seperti motor listrik, lampu
indikator, sirine dan lain-lain.
. Pemograman PLC (Progammable Logic Controller)
Pemrograman PLC adalah memasukkan
instruksi-instruksi dasar PLC yang telah membentuk logika pengendalian suatu
sistem kendali yang diinginkan. Bahasa pemrograman biasanya telah disesuaikan
dengan ketentuan dari pembuat PLC itu sendiri. Dalam hal ini setiap pembuat PLC
memberikan aturan-aturan tertentu yang sudah disesuaikan dengan pemrograman CPU
yang digunakan pada PLC tersebut. Program yang digunakan dalam pemrograman PLC
tergantung dari jenis atau merek PLC itu sendiri. Jika PLC yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian menggunakan PLC merek Omron maka program
yang digunakan adalah Syswin. Sedangkan seri Syswin yang digunakan adalah
Syswin 3.4.
Program yang akan dimasukkan ke dalam PLC
sebagai perintah adalah menggunakan Diagram Tangga (Ladder
Diagram). Ladder logic adalah bahasa pemrograman dengan bahasa grafik
atau bahasa yang digambar secara grafik. Pemrogram dengan mudah menggambar
skematik diagram dari program pada layar. Hal tersebut menyerupai diagram dasar
yang digunakan pada logika kendali sistem kontrol panel di mana ketentuan
instruksi terdiri dari koil-koil, NO, NC dan dalam bentuk penyimbolan.
1.
Pendekatan Pemeliharaan yang
diperlukan/dipilih
1.
PREVENTIVE MAINTENANCE
Definisi Preventive Maintenance :
• Perawatan yang bertujuan menjaga peralatan dan fasilitas dalam kondisi operasi yang memuaskan dengan melakukan pemeriksaan sistematis, deteksi, dan koreksi kegagalan baru baik sebelum terjadi atau sebelum kegagalan berkembang menjadi kegagalan yang lebih besar.
• Maintenance, termasuk testing, pengukuran, adjustments, dan penggantian spare part, hal ini dilakukan untuk mencegah kegagalan sebelum hal tersebut benar-benar terjadi.
• Perawatan yang bertujuan menjaga peralatan dan fasilitas dalam kondisi operasi yang memuaskan dengan melakukan pemeriksaan sistematis, deteksi, dan koreksi kegagalan baru baik sebelum terjadi atau sebelum kegagalan berkembang menjadi kegagalan yang lebih besar.
• Maintenance, termasuk testing, pengukuran, adjustments, dan penggantian spare part, hal ini dilakukan untuk mencegah kegagalan sebelum hal tersebut benar-benar terjadi.
Beberapa keuntungan jika kita
melakukan Preventive Maintenance adalah sbb:
• Peningkatan kehandalan sistem.
• Penurunan biaya penggantian.
• Penurunan downtime sistem.
• Lebih baik dalam manajemen persediaan suku cadang.
• Peningkatan kehandalan sistem.
• Penurunan biaya penggantian.
• Penurunan downtime sistem.
• Lebih baik dalam manajemen persediaan suku cadang.
Preventive Maintenance dapat diterapkan
untuk semua peralatan, namun dalam artikel ini akan dikhususkan pada PLC
system. Seperti kita ketahui PLC merupakan peralatan yang sangat penting dalam
sebuah plant.Kegagalan pada system ini dapat menyebabkan partial plant shutdown
maupun total plant shutdown.Untuk itulah perawatan pada system ini sangatlah
penting untuk dilakukan.Dengan demikian kemungkinan kegagalan dapat dikurangi.
1.
Parameter Fisik dan Kinerja Sistem Dalam
Pemeliharaan PLC
Parameter fisik dan non fisik yang perlu di
perhatikan
§
Aspek fisik yang perlu di perhatikan:
§
Tingkat Deposit debu pada perangkat
§
Ditandai dengan adanya penebalan debu pada
sekitar perangkat PLC
§
Timbulnya korosi
§
Ditandai dengan adanya perubahan wana dari
logam.logam menjadi kusam
§
Genangan air pada sekitar tempat instalasi
PLC
§
Diakibatkan kurang terawatnya tempat kerja
§
§
Aspek non fisik yang perlu di perhatikan:
Selain parameter fisik dari PLC parameter non
fisik juga mempengaruhi kinerja system dari PLC yang mulai tidak normal.kinerja
non fisik yang perlu di perhatikan antara lain yaitu:
§
Nilai tegangan kerja.
§
Nilai dari tegangan kerja pada PLC harus pada
nilai tegangan kerja standart/acuan
§
NilaiArus saat beroprasi
§
Nilai dari arus Iput maupun output harus di
perhatikan.karan dapat mempengaruhi kinerja system(sesuai dengan parameter)
§
Suhu pada saat peroperasi
§
Suhu pada saat beroprasi juga sangat
mempengaruhi system pada saat beroprasi.karenamerupakan salah satu aspek yang
sangat penting dari PLC (harus pada suhu yang di tetapkan)
§
Start up ketika system pertama di jalankan.
§
Electrical noise
§
Antivirus
§
Metoda Monitoring.
Dalam monitoring PLC dapat menerapkan metoda
monitoring sebagai berikut”.
AspekFisik
§
Monitoring tingkat deposit (ketebalan) debu
pada plc dengan cara melakukan peninjauan rutin dan peninjuan secara visual.
§
monitoring korosi pada system karena akibat
factor lingkungan,dengan melakukan tinjauan rutin dengan cara visual
§
memonitoring adanya genangan air pada tempat
instalasi.ruang kerja dari plc dengan melakukan peminjauan visual secara rutin
dapa tempat kerja
Apek Non Fisik
§
memonitoring tengan kerja pada (I/O) dengan
cara melakukan pengukuran pada input maupun output dari PLC (tegangan input
maupun output harus sama dengan tegangan referensi yang di terapkan)
§
memonitoring arus input maupun arus output
pada saat system PLC sedang beroprasi dengan cara menggunakan alat ukur.arus
input maupun nilai arus input maupun arus output harus tidak melebihi nilai
dari arus input maupun arus output pada saat system sedang bekeja
§
memonitoring suhu pada perangkat dengan cara
melakukan pengukuran suhu ketika system mulai beroprasi.suhu pada PLC tidak
boleh over heating
1.
PenjadualanPemeliharaan PLC
1.
Alat bantu ukur yang diperlukan
2.
Multimeter
3.
Oscilloscope
4.
Ampere meter
5.
TEKNIK PENGGUNAAN ALAT UKUR
Multimeter
Definisi Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt/Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (ampere-meter).
Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt/Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (ampere-meter).
Jenis Multimeter
ada 2 jenis Multimeter yaitu Multimeter Analog dan Multimeter Digital.
ada 2 jenis Multimeter yaitu Multimeter Analog dan Multimeter Digital.
Cara PenggunaanMultimeter
Mari kitamulaidariskala DC Volt :
Mari kitamulaidariskala DC Volt :
§
200 mV
artinyaadalahkitaakanmengukurtegangansebesar 0,2 Volt
§
2 V
artinyaadalahkitaakanmengukurtegangansebesar 2 Volt
§
20 V
artinyaadalahkitaakanmengukurtegangansebesar 20 Volt
§
200 V
artinyaadalahkitaakanmengukurtegangansebesar 200 Volt
§
750 V artinyaadalahkitaakanmengukurtegangansebesar
750 Volt
§
Gunakanskalaygtepatuntukpengukuran,
misalbaterai 3,6 Volt gunakanskalapada
§
20 V. Makahasilnyaakanakuratmisalterbaca 3,76
Volt.
§
Jikamenggunakanskala 2Volt akanmunculangka1
(pertanda overload/melebihi
skala)
§
Jikamenggunakanskala 200 V
akanterbacahasilnyanamuntidakakuratmissal terbaca : 3,6 V atau 3,7 V saja (1
digit dibelakangkoma)
§
Jikamenggunakan 750 V
bisasajaterbacanamunhasilnyaakanterbaca 3 atau 4 volt
(Dibulatkanlangsungtanpakoma)
§
Jikamenggunakan 750 V bisasajaterbacanamunhasilnyaakanterbaca
3 atau 4 volt (Dibulatkanlangsungtanpakoma)
§
Jikakabelterbalikmakahasilnyaakantetapmuncul,
namuntandanegatif di depanhasilnya. Beda denganMultimeter Analog.
Jikakabelterbalikjarumakanmentokkekiri.
NB :Jikamultimeteradatombol DH= Data Hold.
Jikaditekanmakahasilnyaakan freeze danbisadicatathasilnya.
Menggunakan Multimeter sebagai
Voltmeter :
1. Perhatikan object yang akandiukur. (Resistor, hambatanjalur, dll)
2. Perhatikanskalapengukuranpada Ohmmeter
3. 200 artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 200 Ohm
4. 2K artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 2000 Ohm
5. 20K artinya akan mengukurhambatan yang nilainya max 20.000 Ohm
6. 200K artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 200.000 Ohm
7. 2M artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 2.000.000 Ohm
( 2 Mega Ohm)
1. Perhatikan object yang akandiukur. (Resistor, hambatanjalur, dll)
2. Perhatikanskalapengukuranpada Ohmmeter
3. 200 artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 200 Ohm
4. 2K artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 2000 Ohm
5. 20K artinya akan mengukurhambatan yang nilainya max 20.000 Ohm
6. 200K artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 200.000 Ohm
7. 2M artinyaakanmengukurhambatan yang nilainya max 2.000.000 Ohm
( 2 Mega Ohm)
1.
osciloscope
langkah pertama yang harus dilakukan sebelum menggunakan oscilloscope adalah melakukan kalibrasi agar alat ini dapat bekerja dengan baik. Setelah Anda menghubungkan oscilloscope ke jaringan listrik dan menyalakannya, maka pada layar monitor harus terlihat garis lurus mendatar yang menandakan bahwa tidak ada sinyal masukan.
Langkah kedua setelah melakukan kalibrasi
adalah mengatur fokus, x position, y position, dan intensitas kemiringan.
Dengan mengatur posisi tersebut, Anda nanti dapat melihat hasil pengukuran yang
jelas dan akan mendapatkan hasil pengukuran yang lebih cermat.
Langkah ketiga, pakai tegangan refernsi yang
ada di oscilloscope sehingga dapat melakukan kalibrasi sederhana. ada 2
tegangan referensi yang dapat dijadikan sebagai acuan yakni tegangan persegi 2
Vpp atau 0,2 Vpp yang memiliki frekuensi 1 KHz.
Langkah keempat, menempelkan probe di
terminal tegangan acuan sehingga di layar monitor oscilloscope akan terlihat
tegangan persegi.
Catatan:
–
Jika yang dijadikan sebagai acuan adalah tegangan 2 Vpp, pada posisi 1 volt/div
harus memiliki nilai tegangan puncak ke puncak dua kotak. Sedangkan untuk
time/div 1 ms/div harus ada 1 gelombang untuk 1 kotak
–
Jika yang terlihat pada layar masih belum tepat, Anda perlu mengatur potensio
tengah pada time/div dan knob Volt/div atau pada pada potensio yang berlaber
“var”
Cara Kerja Oscilloscope
Ketika oscilloscope dihubungkan dengan
sirkuit, sinyal dari tegangan akan bergerak melewati proble ke sistem
vertikal. Bergantung pada pengaturan skala volts/div (vertikal),
attenuator bertugas memperkecil sinyal sementara itu amplifier justru
memperkuat sinyal masukan. Sinyal tersebut selanjutnya akn bergerak melwati
keping pembelok vertikal yang ada di dalam Cathode Ray Tube (CRT). Tegangan
yang disalurkan ke pelat tersebut dapat menyebabkan titik cahaya bergerak.
Tegangan negatif menyebabkan titik tersbeut menurun dan tegangan positif
menyebabkan titik tersebut naik.
Sinyal juga akan bergerak ke bagian
sistem trigger untuk melakukan sapuan horizontal. Sapuan horizontal atau
horizontal sweep mengakibatkan titik cahaya bergerak melewati layar sehingga
jika sistem horizontal mendapatkan trigger, titik cahaya akan melintasi layar
kiri ke kana dalam selang waktu tertentu. Dalam kecepatan tinggi, titik
tersebut mampu melintas di layar sampai 500.000 kali per detik. Kerja sistem
pembelok vertikal dan penyapu horizontal secara bersamaan dapat menghasilkan
pemetaan sinyal pada layar. Untuk menstabilkan sinyal berulang, maka diperlukan
trigger.
1.
Perencanaan Kartu Pemeliharaan PLC
A
|
§
Hasil Monitoring dan Catatan Pemeliharaan
Sistem
Pada bab ini peneliti belum mendapatkan
data,Dikarenakan membutuhkan waktu yang lama serta alat yang di teliti
(PLC) belum ada maka penelitian belum sampai mendapatkan hasil penelitian dan
data penelitian.
1.
Analisis Data
Pada bab ini peneliti belum mendapatkan
data.Dikarenakan membutuhkan waktu yang lama serta alat yang di teliti
(PLC) belum ada maka penelitian belum sampai mendapatkan hasil penelitian dan
data penelitian.
§
Manual Pemeliharaan
Manual pemeliharaan pertama kali dilakukan
dengan memulai monitoring selanjutnya melakukan peninjauan aspek fisi dan non
fisik.untuk menentukan metode monitoring dan maintenance yang di lakukan
setelah menentukan metode monitoring dan maintenance yang diperlukan,kemudian
membuat laporan hasil maintenance dan monitoring,jika terjadi kerusakan pada
system plant (PLC).maka dilakukan repair yang di tentukan pada metode
pemeliharaan yang telah dibuat.
Manual pemeliharaan
1.
Monitoring plant : cara monitoring (PLC)
monitoring plant dengan melakukan pengamatan secara bertahap dan terjadwal
dengan melakukan monitoring maka dapat di susunlah metode monitoring dan
maintenance yang digunakan
2.
Tinjauan aspek fisik : yaitu melakukan
pengamatan terhadap aspek fisik yang di tentukan seperti pengamatan timbulnya
korosi,tingkat deposit debu,dan adanya genangan air pada lingkungan kerja
tinjauan aspek fisik dapat dilakukan pada skala yang berkala sesuai jadwal yang
telah di tetapkan.
3.
Tinjauan aspek non fisik : yaitu melakukan
pengamatan terhadap aspek non fisik seperti pengamatan suhu panas pada
PLC,tegangan kerja,arus kerja,electrical noise,dan keadaan antivirus.tinjauan
aspek non fisik dapat di lakukan secara bertahap sesuai dengan yang di
jadwalkan pada jadwal yang telah di tetapkan.
Setah melakukan tinjauan aspek non
fisik dan aspek fisik maka dapat di susunlah metode monitoring dan metoda
maintenance yang di gunakan.dengan melihat acuan dari tinjauan aspek fisik dan
aspek non fisik.kemudian dari hasil monitoring dan maintenance yang telah
dilakukan maka di buatlah laporan pemeliharaan guna mengetahuai data-data atau
history tentang keadaan alat yang kita terapkan pemeliharaanya.dari hasil
laporan tersebut dapat kita simpulkan bagamana tindakan lanjutan seperti reapir
dan lain-lain.
OPERASI
DAN PEMELIHARAAN SISTEM SCADA
Lingkup Operasi dan pemeliharaan
Sistem SCADA terdiri dari 3 sub sistem,
Master Station, Remote Station, dan Telekomunikasi. Pada tiap subsistem
didukung dengan komponen tambahan. Pemeliharaan SCADA dilakukan ketika load
rendah (beban sedikir )atau pada hari libur ketika criteria tidak memnuhi N-1.
BIla tidak terjadi masalah maka pemeliharaan dilakukan pada waktu tertentu.
Workstation
menerima masukan dan memberikan input
Tujuan Pemeliharaan
Tujuan dari pemeliharaan adalah untuk
menjamin kontinuitas operasional dan pengoptimalan peralatan SCADA dan
telekomunikasi, antara lain:
1.
Untuk meningkatkan reliability,
availability, dan efisiensi
2.
Untuk mempertahankan lifetime peralatan
3.
Untuk mengidentifikasi masalah dan
mencegah masalah yang lebih besar.
Untuk menunjang tujuan pemeliharaan yang telah disebutkan
sebelumnya, perlu dibuat pedoman pemeliharaan. Pedoman pemeliharaan meliputi:
a. Prosedur kerja dan instruksi kerja (IK);
b. Jadwal pemeliharaan;
c. Dokumen pemeliharaan dan gambar kerja.
Instalasi SCADA dan telekomunikasi secara berkala perlu
untuk dipelihara atau diperbaiki untuk mempertahankan unjuk kerja alat agar
tetap melaksanakan fungsinya secara baik.
Ø Jenis
Pemeliharaan
1.
Preventive
Pemeliharaan ini disebut juga Time Base
Maintenance, berdasar waktu. Untuk mencegah kerusakan peralatan secara tiba-tiba. Mempertahankan
unjuk kerja yang optimum sesuai unsure teknisnya. Dilaksanakan secara berkala
dengan berpedoman kepada standar yang ada (IEC, IEEE, dll) dan pengalaman
operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan
berdasarkan waktu (Time Base Maintenance).
2.
Predictive
Disebut juga pemeliharaan berdasarkan
kondisi / Condition Base Maintenance. Dilaksanakan dengan mengacu pada kondisi-kondisi
tertentu (parameter-parameter teknis dari peralatan yang tidak terpenuhi).
3.
Corrective
Pemeliharaan Corrective dilaksanakan
setelah terjadinya kerusakan, pemeliharaan yang bersifat darurat.
Maintenance dapat berdampak pemborosan.
Hal ini karena ketidaktepatan penerapan strategi maintenance pada peralatan
karena penggantian alat premature, kehilangan kesempatan menjual karena alat
rusak saat beroperasi.
Ø Alat
Pengoperasian dan Pemeliharaan
Tools
berupa perangkat keras ataupun perangkat lunak harus dilengkapi dengan
mempertimbangkan spesifikasi perlatan sistem SCADA yang terpasang sehingga
mampu digunakan secara maksimal. Tools bisa terdiri dari beragam macam dan tipe
disesuaikan dengan keragaman dari peralatan sistem SCADA yang terpasang.
Ø Suku
Cadang
Suku
cadang dipersiapkan untuk pemeliharaan instalasi sesuai jadwal pemeliharaan
yang telah direncanakan. Pengadaan suku cadang dilakukan dengan melakukan
prioritas dan pertimbangan kesulitan dalam mendapatkan barang serta lamanya
waktu pengiriman barang itu sampai ke pelakasana pemeliharaan.
Suku
cadang dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Fast
moving parts, harus disiapkan komponennya secara berkala selama tahun berjalan
periode pemeliharaan.
2. Slow
moving parts, disediakan pada awal tahun periode pemeliharaan.
Ø Perhitungan
Key Performance Indicator (KPI)
Target
kinerja merupakan salah satu bagian kesepakatan program kerja yang disetujui
antara unit pelaksana dengan kantor wilayah atau kantor induk. Di dalam program
kerja harus termuat bagian-bagian pokok antara lain jadwal pemeliharaan,
rencana kerja dan non-rutin, serta targer kerja.
Untuk memudahkan perthitungan
availability, sistem SCADA dan telekomunikasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Teleinformasi
data
b. Master
station
c. Telekomunikasi
Ø Teleinformasi
Data
Yang
termasuk dalam teleinformasi data adalah gateway, RTU, dan IED dengan
perhitungan waktu gangguan dan pemeliharaan. Setiap fungsi siberi bobot sebagai
berikut:
a. Telemetering
(TM) = bobot 1
b. Telesignaling
(TS) = bobot 1
c. Remote
Control (RC) = bobot 1
Ø Master
Station
Yang
termasuk dalam master station semua jenis peralatan master station dan
peripheralnya dengan perhitungan waktu gangguan dan pemeliharaan. Setiap fungsi
diberi bobot sebagai berikut:
a. Server
(SV) = bobot 4
b. Workstation
(WS) = bobot 1,5
c. Switch
(SW) = bobot 2
d. Peripheral
(PH) = bobot 0,5
e. UPS
(UPS) = bobot 2
Ø
Telekomunikasi
Yang termasuk dalam telekomunikasi adalah
semua peralatan telekomunikasi dan sistem catu daya dengan perhitungan waktu
gangguan dan pemeliharaan. Setiap fungsi diberi bobot sebagai berikut:
a. Peralatan komunikasi data (KD) = bobot 4
b. Teleproteksi (TP) = bobot 1
c. Peralatan komunikasi suara (KS) = bobot 3
d. Catu daya 24/48 V (PS) = bobot 2
Ø Availability sistem SCADA dan TelekomunikasiDari ketiga
availability sub-sistem yang ada bisa dihitung availability sistem SCADA dan
telekomunikasi secara kesuluruhan.
AVSCADATEL =
AVTD + AVMS + AVTEL
3
Ø Reliability
Reliability berbanding terbalik dengan unavailability.
Reliability adalah tingkat kemampuan
suatu peralatan dalam mempertahankan unjuk kerjanya. Perhitungan nya adalah
R ~
1
q
Dimana:
R = Reliability
q = Unavailability
MTBF = Mean Time Between Failure
MTTR = Mean Time To Repair
MTBF
dan MTTR dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Suatu
peralatan akan mengalami siklus gangguan sebagaimana dijelaskan pada gambar 19.
Waktu operasi dan waktu gangguan di setiap siklus akan berbeda-beda. Satu
siklus terdiri dari satu kali operasi dan satu kali gangguan. Karena waktunya
yang berbeda-beda, maka perlu dihitung nilai rata-rata untuk waktu operasi dan
waktu gangguan. Waktu operasi rata-rata dan waktu gangguan rata-rata dapat
dilihat pada gambar 20.
Gambar Waktu operasi rata-rata dan waktu gangguan
rata-rata
MTTF
adalah waktu rata-rata peralatan beroperasi, sedangkan MTTR adalah waktu rata-rata
peralatan mengalami gangguan. Sedangkan MTBF adalah jumlah dari MTTF dan MTTR.
Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan:
MTBF
= MTTF + MTTR
Ø
siip gan
BalasHapus